Postingan

Tuan Gubernur

Gambar
Tuan Gubernur, Sayang kita bertemu dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Andai saya boleh memilih, lebih baik saya tidak bertemu dengan tuan. Saya pilih mencari bangunan tua yang indah, untuk mengabadikannya. 22 April 2009, saya datang ke kota Bandung, untuk menyelesaikan pekerjaan. Melaporkan apa yang sudah diizinkan untuk dilaporkan. Termasuk didalamnya, mewawancarai pemangku jabatan nomor satu di Jawa Barat, Tuan Gubernur. Saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sosok tuan Gubernur. Satu kesalahan besar seorang jurnalis (saya lebih senang menyebut calon jurnalis). Saya juga tidak mendapatkan fokus yang jelas, apa yang harus saya tanyakan pada tuan Gubernur. Hati mulai berdetak kacau, gelisah, padahal kota Bandung berusaha menyenangkan saya. Perjalanan ke Rumah Jabatan Tuan Gubernur, Pakuan. Langit mendung menggantung rendah, semakin menyurutkan semangat. Sampai di halaman parkir, hujan mulai turun..becek.. Rumah jabatan rupanya peninggalan rumah zaman k...

Sumpahmu adalah doamu

Gambar
Seorang teman yang bijak sering mengatakan pada saya, "ssst..hati-hati..omongan itu doa lho"..Kalau dia denger saya misuh-misuh yang mengarah sarkastis. Buat saya itu semua faktor kebetulan aja. Lha iya masa sih cuma ngomong iseng bisa kejadian?? saya sering niatin biar jadian sama si itu atau si anu, gagal total! Tapi bisa jadi saya salah. Membuka kotak sejarah hidup,ternyata beberapa pecahannya terbuat atas muntahan kata-kata dengan kesadaran rendah. Alias ngawur. Sumpah 1 : Saya nggak mau naksir lagi sama anak basket. kenapa? waktu sekolah smp-sma, cinta saya telak nggak ada bekasnya. Anak basket lebih memilih yang 'dekat' dengan dunianya.. Cheerleadders atau tim basket putri. Saya mah katro pisan dibandingin mereka, jelas aja telak! Terjawab lah sumpah saya, selama saya kuliah, laki-laki yang mengisi hati saya adalah..Anak Basket!! baguuuz..tanpa saya ketahui, ternyata mereka ini hobi basket, malah ada yang dengan polosnya minta ditemenin latihan bask...

Backpackers 1

Gambar
Beberapa hari yang lalu..saya nekad menjadi backpackers dadakan.. Kota tujuan, Ngayogyakarta hadiningrat(ngarang lho)..menemui ayah saya yang menghabiskan masa tua disana. Rahasia umum, Yogya adalah kota favorit untuk liburan. Namun bagi saya, kota itu tidak sekadar untuk liburan. Kerabat, ayah saya, ada disana pula, sehingga saya lebih senang menyebutnya sebagai ' Kota Penyembuhan'. Tiga hari dua malam, halah, ini cuma waktu basa-basi, tapi apa daya, waktu saya hanya segitu. Berangkat dengan bis maju lancar..ya iya sih lancar-lancar aja..seat juga enak..awak bis juga baik-baik..bikin saya sumringah naik bis. Namanya modal nekad, keuangan juga nekad, alhasil saya hanya ngejar-ngejar kelinci lucu di parkiran waktu bis berhenti untuk makan. Berangkat dari Jakarta jam 3 sore, sampai yogya jam 6 pagi..edan! pelajaran nomor 2 : cek rute, jangan lewat selatan, lama cuy! Sesampai disana, saya tertidur sesiangan..g berhasrat pula untuk muter-muter, dan ayah saya mendaulat ...

Hepi Wikend

Gawat! Siaga satu! Saya dah mulai males nulis!! Padahal, akhir minggu ini, begitu banyak kejadian..menyiram tembok hati yg mulai memucat..tergerus kapur pesimisme. Genap satu minggu, saya bekerja, mendapat mimpi saya, tanpa saya harus menjemputnya. Wah, Jagad raya ini memang unik..seperti biasa, tahu betul cara menyembuhkan penghuninya yang sakit. Lantas saya melangkah terengah untuk menunjukkan rasa menggila saya,sekaligus terpesona oleh anak adam yang luar biasa cakap. Sampai detik ini, saya usaha setengah mati mengetahui statusnya, apakah masih available, tapi belom dapet juga! dasar wartawan, bisanya ngorek, g bisa di korek. Lalu, sore kemarin, saya dapati diri saya terburu-buru, hanya untuk melihat sosoknya beberapa menit. Dia yang sangat absurd, tidak jelas apa saya tresno padanya. Saya hanya tahu, dia pernah singgah dalam hati saya sebagai penjawab kehausan saya dicintai. Saya sedih melihat orang itu, tidak berdaya dalam kumpulan orang pintar. Terpekur, tengggelam dalam ketidak ...

Kalimantan sejarak lima senti

Gambar
Take 1: Hari ini, kitab pintar saya, sebuah suratkabar mapan, memuat hasil liputannya, mengenai perdagangan manusia antar negara, spesifik dengan Malaysia. Kurang ajar sekali,ternyata negara kita dan negara tetangga tidak hanya satu rumpun, tetapi juga satu modus, sama-sama menjerumuskan bangsanya sendiri pada jurang perbudakan. Benar juga kata Pramoedya, Indonesia adalah negara budak, budak bagi bangsa lain, dan budak bagi bangsanya sendiri. Perdagangan manusia sudah tidak asing lagi. Tidak usah ditanya betapa sakti mandraguna jaringan tersebut. Membayangkan barang keluar toko saya kepala saya sudah pening, apalagi manusia, yang memiliki roh, kekuatan bertahan, dan melindungi diri, punya akal!mustahil..mustahil! Akal saya mencerna, wah, ada yang nggak bener nih. Dari saya masih SMA, sekitar 8 tahun lalu, sudah samar saya dengar masalah dagang-dagangan ini. Pasti umurnya lebih uzur lagi, karena sejarah perbudakan setua sejarah manusia itu sendiri. Dengan iming-iming p...