Hepi Wikend
Gawat! Siaga satu!
Saya dah mulai males nulis!!
Padahal, akhir minggu ini, begitu banyak kejadian..menyiram tembok hati yg mulai memucat..tergerus kapur pesimisme.
Genap satu minggu, saya bekerja, mendapat mimpi saya, tanpa saya harus menjemputnya.
Wah, Jagad raya ini memang unik..seperti biasa, tahu betul cara menyembuhkan penghuninya yang sakit.
Lantas saya melangkah terengah untuk menunjukkan rasa menggila saya,sekaligus terpesona oleh anak adam yang luar biasa cakap.
Sampai detik ini, saya usaha setengah mati mengetahui statusnya, apakah masih available, tapi belom dapet juga! dasar wartawan, bisanya ngorek, g bisa di korek.
Lalu, sore kemarin, saya dapati diri saya terburu-buru, hanya untuk melihat sosoknya beberapa menit. Dia yang sangat absurd, tidak jelas apa saya tresno padanya. Saya hanya tahu, dia pernah singgah dalam hati saya sebagai penjawab kehausan saya dicintai.
Saya sedih melihat orang itu, tidak berdaya dalam kumpulan orang pintar. Terpekur, tengggelam dalam ketidak yakinan pada dirinya. Bersembunyi dalam nama besar aliran darahnya..sangat menyedihkan.
Dia tahu, bahwa dia layak ada di sana, bahwa dia punya sesuatu untuk dibanggakan, dia mampu sejajar dengan orang pandai yang lain, namun dia diam, macet..
Dia teteskan air mata untuk dirinya, yang sampai lelah mencari sebab kenapa dia bisa merendahkan dirinya sendiri. Dia sampai enggan melihat orang lain, dia sampai muak melihat dirinya yang tidak bisa nyaman pada dirinya.
Darimana harus memetakan kesalahan ini? darimana harus membangun yang telah hancur berantakan?
Kalau kata rekan saya, mulai lah dari nol kilometer, tanpa intervensi!
Saya dah mulai males nulis!!
Padahal, akhir minggu ini, begitu banyak kejadian..menyiram tembok hati yg mulai memucat..tergerus kapur pesimisme.
Genap satu minggu, saya bekerja, mendapat mimpi saya, tanpa saya harus menjemputnya.
Wah, Jagad raya ini memang unik..seperti biasa, tahu betul cara menyembuhkan penghuninya yang sakit.
Lantas saya melangkah terengah untuk menunjukkan rasa menggila saya,sekaligus terpesona oleh anak adam yang luar biasa cakap.
Sampai detik ini, saya usaha setengah mati mengetahui statusnya, apakah masih available, tapi belom dapet juga! dasar wartawan, bisanya ngorek, g bisa di korek.
Lalu, sore kemarin, saya dapati diri saya terburu-buru, hanya untuk melihat sosoknya beberapa menit. Dia yang sangat absurd, tidak jelas apa saya tresno padanya. Saya hanya tahu, dia pernah singgah dalam hati saya sebagai penjawab kehausan saya dicintai.
Saya sedih melihat orang itu, tidak berdaya dalam kumpulan orang pintar. Terpekur, tengggelam dalam ketidak yakinan pada dirinya. Bersembunyi dalam nama besar aliran darahnya..sangat menyedihkan.
Dia tahu, bahwa dia layak ada di sana, bahwa dia punya sesuatu untuk dibanggakan, dia mampu sejajar dengan orang pandai yang lain, namun dia diam, macet..
Dia teteskan air mata untuk dirinya, yang sampai lelah mencari sebab kenapa dia bisa merendahkan dirinya sendiri. Dia sampai enggan melihat orang lain, dia sampai muak melihat dirinya yang tidak bisa nyaman pada dirinya.
Darimana harus memetakan kesalahan ini? darimana harus membangun yang telah hancur berantakan?
Kalau kata rekan saya, mulai lah dari nol kilometer, tanpa intervensi!
ya, sebenarnya 'dia' menjadi orang besar, kapanpun 'dia' mau, kapanpun 'dia' siap.
BalasHapustakperlulah menjadi besar untuk orang lain, menjadi besar untuk diri sendiri, itu yg terpenting..
pantang menyerah ya sobat!!!!