Street Art Performance
Tumben, jam 6 pagi saya sudah berdiri di halte (maksa), pertigaan jengkol, Joglo, Jakarta Barat. Apalagi kalau bukan saya harus jibaku untuk sampai tepat waktu di kantor, kawasan TB Simatupang. Sudah menjadi prestise bagi kata "macet", hingga ia mendapat perlakuan khusus dari pengguna jalan. Juga angkutan umum. Inilah saatnya dia pegang kendali untuk menentukan masa depan penumpang, selamat dan sampai tujuan. Tuhan maha adil Sebagai aliran angkot mania sejak sekolah, saya ibarat tubuh dengan kakinya. Nggak ada angkot, ya nggak jalan. Kelar urusan. Namun angkot ini juga pedang bermata dua, satu sisi saya setengah mati membencinya (kelakuan awak bus), namun setengah hidup menantinya. Seperti pagi ini. Saya menunggu Kopaja 70 jurusan Blok M. Kopaja ini jenis bus ukuran tanggung yang harus diwaspadai. Kelakuannya edan, kalau macet, dia bisa nekad ambil jalan lawan arah. Kalau ditutupi jalannya, makian multi bahasa muncrat dari mulut sopir. Tapi dia cuek bebek kalau menutupi badan