Postingan

Street Art Performance

Gambar
Tumben, jam 6 pagi saya sudah berdiri di halte (maksa), pertigaan jengkol, Joglo, Jakarta Barat. Apalagi kalau bukan saya harus jibaku untuk sampai tepat waktu di kantor, kawasan TB Simatupang. Sudah menjadi prestise bagi kata "macet", hingga ia mendapat perlakuan khusus dari pengguna jalan. Juga angkutan umum. Inilah saatnya dia pegang kendali untuk menentukan masa depan penumpang, selamat dan sampai tujuan. Tuhan maha adil Sebagai aliran angkot mania sejak sekolah, saya ibarat tubuh dengan kakinya. Nggak ada angkot, ya nggak jalan. Kelar urusan. Namun angkot ini juga pedang bermata dua, satu sisi saya setengah mati membencinya (kelakuan awak bus), namun setengah hidup menantinya. Seperti pagi ini. Saya menunggu Kopaja 70 jurusan Blok M. Kopaja ini jenis bus ukuran tanggung yang harus diwaspadai. Kelakuannya edan, kalau macet, dia bisa nekad ambil jalan lawan arah. Kalau ditutupi jalannya, makian multi bahasa muncrat dari mulut sopir. Tapi dia cuek bebek kalau menutupi badan...

Big Fans of...

Gambar
Kamis petang sesudah interview.. Saya berada di kawasan Pondok Indah dengan wajah bersungut-sungut. Pikiran saya terbelah dengan bagaimana saya bisa pulang dan menuntaskan permasalahan dengan lelaki kecil disebelah saya. Toh saya tidak kuasa untuk menerima ajakannya menonton film berjudul "Inglorious Basterds". Cukup sekali pandang di posternya, ada lambang elang dengan sayap terbuka dan kepalanya menengok ke sebelah kanan, NAZI..apa boleh buat, saya harus tahu film ini. Entah kenapa saya sangat tertarik dengan organisasi besutan paman Hitler nun jauh di Jerman. Tidak perlu menunggu lama, saya sudah duduk manis di kursi penonton yang empuk berlapis kain beludru. Cerita film ini dibagi menjadi empat bagian, yang dipisahkan dengan scene waktu kejadian dan tempat. Ada seorang kapten Nazi yang dikenal dengan "Pemburu Yahudi", ada seorang tentara sekutu keturunan Indian yang memimpin tim kecil untuk memporak porandakan mental pasukan Jerman, ada seorang pe...

Suatu kali di House of Beauty

Rabu pagi pertengahan September 2009.. Saya tiba di Yogyakarta setelah semalaman berkendara dengan menumpang mobil saudara saya dari Jakarta. Kami sengaja berangkat tiga hari sesudah lebaran, menghindari kemacetan. Saudara jauh saya yang gila pelesir itu ternyata juga gila jalanan..harga dirinya terusik setiap kali mobil tersalip bus..parah! Sampai di Babarsari, rumah tante saya, saya melakukan ritual 3S, Salam-Sarapan-Semaput..saya tidur dengan nyenyak setelah kenyang. Bangun sore hari, rumah sepi..tinggal tante dan om saya yang siap-siap mau pergi. Saat saya tanya, ternyata tante hendak ke salon untuk facial..wah, tanpa pikir panjang, saya langsung nunut Saya diantar ke salon di belakang Galeria Yogya, namanya Yogya House of Beauty. Bangunan depannya bernuansa hijau lembut dan minimalis, teduh. Saat masuk, dan melihat daftar harga, cukup mahal, tapi saya sudah kepalang tanggung..jadilah saya memilih creambath tradisional, dan dengan bujukan tante, saya menambah body mass...
Gambar
Bagaimana kabar bulan puasa anda tahun ini? Buat saya, selama saya bertemu dengan bulan puasa, ini adalah bulan puasa yang paling berkesan (pada akhirnya) Memasuki bulan puasa, tanpa aktivitas yang pasti, permasalahan yang belum selesai diurai, dan penantian jawaban yang mendebarkan mewarnai. Toh jawaban yang dinanti tidak kunjung bersuara, aktivitas dipaksa sesuai dengan yang berkuasa, dan alih-alih terurai, benang permasalahan semakin ruwet. Saya berpuasa, sholat, tapi tidak menerima suratanNya..saya memaki..menyampaikan ketidakpercayaan saya, dan tersurut. Saya mengisolasi diri saya dari dunia luar dan dalam yang menjepit..betapa saya tidak merdeka. Hingga masa itu tiba, pertengahan bulan puasa..jiwa seperti dibuat kosong..dan kelamaan senyum mulai merekah..walau tidak utuh, justru saat saya tahu saya di usik. Hingga kini, perasaan gamang lebih tepat untuk melabeli diri saya. Saya ada di kota lain, ingin pulang tapi tidak ingin kembali ke sana, seperti keluar dari kandang ular, memi...

Saya dan Pemilihan Presiden

8 Juli 2009 Hari ini disambut antusias oleh (setidaknya) orang-orang disekitar saya, pemilihan presiden yang menyisakan tiga pasangan calon presiden beserta wakilnya. Sejak dua hari lalu, ayah saya yang terdaftar di Jakarta, namun saat ini tinggal di Yogyakarta, berniat kembali ke Jakarta untuk ikut bersuara. Tengah malam, kakak saya mengirim pesan singkat, " besok kamu nyontreng ndak?", ih, kirain apaan? Saya dan teman saya pun berdiskusi kecil tentang siapa yang akan kami pilih. Hati kami terbelah pada dua pilihan. Teman saya ini juga sakit (agak) parah. Tapi dia ngotot pulang ke rumah demi menyontreng. Dia harus naik kendaraan umum dari daerah Joglo ke Bekasi. Hebat juga daya tarik Pemilihan presiden kali ini. Ketika saya berangkat ke tempat pemilihan, hati ini masih belum tahu akan menentukan pilihan ke mana...sampai di bilik pemilihan, saya masih bengong saja melihat dua calon andalan saya...saya hanya menghela napas panjang, dan tercoretlah nomor itu. J...