Postingan

Suatu kali di House of Beauty

Rabu pagi pertengahan September 2009.. Saya tiba di Yogyakarta setelah semalaman berkendara dengan menumpang mobil saudara saya dari Jakarta. Kami sengaja berangkat tiga hari sesudah lebaran, menghindari kemacetan. Saudara jauh saya yang gila pelesir itu ternyata juga gila jalanan..harga dirinya terusik setiap kali mobil tersalip bus..parah! Sampai di Babarsari, rumah tante saya, saya melakukan ritual 3S, Salam-Sarapan-Semaput..saya tidur dengan nyenyak setelah kenyang. Bangun sore hari, rumah sepi..tinggal tante dan om saya yang siap-siap mau pergi. Saat saya tanya, ternyata tante hendak ke salon untuk facial..wah, tanpa pikir panjang, saya langsung nunut Saya diantar ke salon di belakang Galeria Yogya, namanya Yogya House of Beauty. Bangunan depannya bernuansa hijau lembut dan minimalis, teduh. Saat masuk, dan melihat daftar harga, cukup mahal, tapi saya sudah kepalang tanggung..jadilah saya memilih creambath tradisional, dan dengan bujukan tante, saya menambah body mass...
Gambar
Bagaimana kabar bulan puasa anda tahun ini? Buat saya, selama saya bertemu dengan bulan puasa, ini adalah bulan puasa yang paling berkesan (pada akhirnya) Memasuki bulan puasa, tanpa aktivitas yang pasti, permasalahan yang belum selesai diurai, dan penantian jawaban yang mendebarkan mewarnai. Toh jawaban yang dinanti tidak kunjung bersuara, aktivitas dipaksa sesuai dengan yang berkuasa, dan alih-alih terurai, benang permasalahan semakin ruwet. Saya berpuasa, sholat, tapi tidak menerima suratanNya..saya memaki..menyampaikan ketidakpercayaan saya, dan tersurut. Saya mengisolasi diri saya dari dunia luar dan dalam yang menjepit..betapa saya tidak merdeka. Hingga masa itu tiba, pertengahan bulan puasa..jiwa seperti dibuat kosong..dan kelamaan senyum mulai merekah..walau tidak utuh, justru saat saya tahu saya di usik. Hingga kini, perasaan gamang lebih tepat untuk melabeli diri saya. Saya ada di kota lain, ingin pulang tapi tidak ingin kembali ke sana, seperti keluar dari kandang ular, memi...

Saya dan Pemilihan Presiden

8 Juli 2009 Hari ini disambut antusias oleh (setidaknya) orang-orang disekitar saya, pemilihan presiden yang menyisakan tiga pasangan calon presiden beserta wakilnya. Sejak dua hari lalu, ayah saya yang terdaftar di Jakarta, namun saat ini tinggal di Yogyakarta, berniat kembali ke Jakarta untuk ikut bersuara. Tengah malam, kakak saya mengirim pesan singkat, " besok kamu nyontreng ndak?", ih, kirain apaan? Saya dan teman saya pun berdiskusi kecil tentang siapa yang akan kami pilih. Hati kami terbelah pada dua pilihan. Teman saya ini juga sakit (agak) parah. Tapi dia ngotot pulang ke rumah demi menyontreng. Dia harus naik kendaraan umum dari daerah Joglo ke Bekasi. Hebat juga daya tarik Pemilihan presiden kali ini. Ketika saya berangkat ke tempat pemilihan, hati ini masih belum tahu akan menentukan pilihan ke mana...sampai di bilik pemilihan, saya masih bengong saja melihat dua calon andalan saya...saya hanya menghela napas panjang, dan tercoretlah nomor itu. J...

Kejarlah Daku, Kau Kutinggal

Gambar
Poin krusial saat menggunakan transportasi massal, jangan sampai ketinggalan! Namanya juga saya, poin diatas akhirnya pecah rekor, bahkan mengalami peningkatan, hehe. Akhir tahun 2008, keluarga besar saya berkumpul di Yogyakarta. Tidak puas di Yogya, kami menjelajah ke daerah Wonosobo. Kami menginap di villa milik PT. KAI. Villa ini pastilah peninggalan era kolonial. Terlihat dari tiang pondasi, dan jendela-jendela besar di setiap ruangan. Namun, belum ada satu malam, saya harus pulang ke Jakarta untuk wawancara pekerjaan. Saya nggrundel , tapi juga seneng, campur aduklah perasaan saat itu. Karena Wonosobo letaknya agak terpencil, maka jalur transportasi dikuasai oleh bus. Kalau ingin naik kereta api atau pesawat, kita harus naik bus ke Yogya atau Semarang. Saya memutuskan pulang naik bus yang langsung ke Jakarta. Berangkat pukul 08.00 pagi, bus melintas jalur Pantura. Saat makan siang, bus saya sudah sampai daerah Indramayu, dan kami berhenti untuk makan. Karena saya melihat masih ...

Tujuh Jam di Bali

Gambar
Akhir Mei 2009, saya melakukan perjalanan dinas ke Mataram. Perjalanan kali ini saya sambut dengan duka cita, mendalam! Karena saya pergi dengan rekan kantor yang saya anggap virus. Tapi apa daya, pekerjaan adalah pekerjaan. Saya nyaris menangis waktu saya tahu pesawat akan transit di Bali kurang lebih tujuh jam. Sinting apa? Saya tidak tahu harus mengatakan sinting pada maskapai penerbangan, atau pada saya yang tidak bersyukur berkunjung gratis ke Pulau Dewata nan tersohor ini. Berangkat dari Jakarta pukul 06.10 WIB, saya tiba di Denpasar pukul 08.25 WITA. Pelajaran pertama : jangan lupa rubah jam begitu sampai tujuan. Selesai lapor pada petugas check-in, ayah saya menelepon, dan membawa kabar maha dashyat : “kamu sudah dijemput sama sahabat Tante Jung di depan bandara. Jadi kamu bisa jalan-jalan dulu”. HOREEEEEEE...Saya di Bali...BALIII...BALIIII!! Seketika langkah saya ringan, denting musik tradisional Bali terdengar merdu, bau dupa serasa bau parfum Body Shop, turis as...