Soal Keterlambatan Lion Air
Ternyata bisa juga ya maskapai yang sudah diperkuat 110 pesawat, beroperasi lebih dari 10 tahun, berekspansi ke penerbangan perintis, atau kelas premium, menelantarkan ribuan penumpang karena perkara mesin kemasukan burung.
Tiket itu nantinya akan membawa keluarga besar saya untuk napak tilas ke tanah kakek di Lintau, Sumatera Barat, pertengahan tahun 2015. Ini hajatan besar, boyongan keluarga yang lebih ruwet daripada bawa satu kantor outing.
Kami sudah merencanakan kepergian ini sejak satu tahun lalu. Dalam rapat keluarga malam itu, saya ditunjuk menjadi bendahara. Tugasnya membuka rekening bank yang akan digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan uang tabungan setiap anggota keluarga. Estimasi anggaran sudah ditetapkan per orang, lalu dibagi 12 bulan. Demikianlah, setiap bulan kami mengangsur biaya liburan kami.
Memasuki bulan kelima, optimisme mulai surut. Sepupu saya mengumumkan kehamilannya. Berarti pada masa-masa keberangkatan kami, ia sedang bulannya untuk melahirkan. Nah, sudah berkurang tiga peserta. Sepupu yang lain melempar bola, ibu si sepupu - yang juga tante saya- pasti tidak ikut karena menunggui anaknya lahiran. Berkurang lagi dua peserta. "jadi nggak nih?"
Saya menunggui pesan demi pesan di grup itu, lalu menjawab datar, "apapun yang terjadi, aku berangkat,"
Ajaib. Polemik selesai.
Kini saya merangkap sebagai bendahara dan pengampu perjalanan. Pertemuan diadakan lagi dan untuk mengusir rasa pesimis, saya usulkan membeli tiket pesawat. Setelah browsing aneka maskapai, kami memutuskan menggunakan Lion Air karena dari sisi anggaran paling masuk akal.
Pilihan ini bukannya tanpa cela. Saudara yang satu keberatan karena Lion Air terkenal hobi delay. Saudara yang lain juga melancarkan pertanyaan terkait keselamatan. Berhubung ini keluarga, tentu saja harus saya dengarkan. Segala ketakutan, pertimbangan, keberatan.
Pekan ini kekhawatiran saudara-saudara saya terjawab. Maskapai itu tidak hanya delay, tapi menelantarkan penumpang, mengacaukan jadwal penerbangan di Bandara Soekarno Hatta karena penumpangnya mengamuk dan memblokade teminal keberangkatan, dan lebih parahnya, mengakhiri harapan seseorang untuk menuntaskan tujuan.
Kini saya sedang memantau grup keluarga di whatssapp. Sudah lewat tiga hari sejak berita ini muncul, belum ada anggota keluarga yang memantik pertanyaan seputar tiket perjalanan kami. Jika ada, jawaban apa yang harus saya siapkan kali ini ?

Komentar
Posting Komentar