What The M
Kenapa sih orang ribut harus Menikah ? Kenapa juga ada orang yang berbusa-busa bilang jangan buru-buru nikah.
Menurut manajer saya, menikah itu nggak usah tergesa-gesa. Karena faktor U, apalagi karena perkara udah lama pacaran sama si pacar.
Menurut orang tua saya, hendaklah menikah karena beliau sudah tua, rasanya hidup di dunia ini paripurna jika kedua anaknya telah berkeluarga.
Menurut sahabat saya, menikahlah dengan meluruskan niat. Karena Tuhan, konon lebih menyayangi umat-Nya yang menikah, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang menikah.
Menurut teman lain, ya menikah keleeeus, kan udah 30 niiih.
Menurut teman lain lagi, menikah itu penting, karena jika diibaratkan, wanita itu susu, sementara pria adalah wine. Sifat susu makin lama jadi basi, sedang wine makin lama semakin enak, priceless.
Menurut kolega saya, menikah itu asyik. Karena perkara pergi sama teman tanpa izin saja bisa jadi perkara puanjang.
Menurut sepupu saya cepatlah menikah karena itu keinginan mama.
Tapi...
Sahabat saya yang telah meluruskan niat, begitu tertekan dengan konflik abadi sepanjang masa, antara menantu dan mertua.
Kolega yang pernah asyik masyuk menikah telah bercerai.
Sepupu saya yang mendesak saya menjadi anak baik, kadang berselingkuh.
Orangtua saya yang ingin paripurna di dunia, sedikit tercekat karena beliau kini terpisah.
Teman saya yang memburu batas mati 30 tahun, harus menderas arus perbedaan agama.
Kalau..
Manajer saya, memuja anaknya, menyesali suaminya.
Sekretaris direktur sebelah nelangsa karena suaminya sayang dia, tapi selingkuh jua.
Teman baik si sekretaris berkeras untuk bercerai karena itu yang terbaik untuk anaknya.
Saudara saya memilih seperti kera buta, tuli, bisu, hanya untuk keutuhan rumah tangganya.
Lalu kenapa harus menikah ?
Nikah untuk wanita, tangan terikat. Lahir buah hati, kaki terantai. You have no choice..
Bisa nggak ya..nikah itu sesederhana,
Karena saya sayang pasangan saya.
Sebelum 30 tahun oke juga, kan masih cantik maksimal.
Karena dengan status suami-istri, kami tampak feasible di hadapan bank untuk mengajukan kredit rumah.
Karena dengan legalitas, kami mau berduaan dalam konteks apa saja, dimana saja, boleeeh.
Karena saya paham sendirian itu tidak enak, lebih enak berdua, atau bertiga, plus kucing gemesin.
Jangan salah pilih, karena jodoh itu cuma sekali - atau diharapkan sekali seumur hidup-
Jodoh itu Tuhan yang mengatur, siap-siap aja kalo pasangan kamu sekarang bukan jodoh.
Terus kalo udah merasa memilih, ada orang yang datang dengan syak wasangka,
"kamu kayaknya ngak bisa sama dia,"
Bisa jadi ibu kamu, saudara kamu, atau tukang kartu tarot.
Masuk universitas, jurusan apa juga penting kok buat hidup selanjutnya. Salah pilih ngak bisa kaya Yoris Sebastian misalnya, nggak menemukan passion. Selamanya terjebak dalam rutinitas. Kok nggak seheboh kalo menikah sih ??
Ayolah teman, saudara, Tuhan, yang benar saja.... huuuufht!
Menurut manajer saya, menikah itu nggak usah tergesa-gesa. Karena faktor U, apalagi karena perkara udah lama pacaran sama si pacar.
Menurut orang tua saya, hendaklah menikah karena beliau sudah tua, rasanya hidup di dunia ini paripurna jika kedua anaknya telah berkeluarga.
Menurut sahabat saya, menikahlah dengan meluruskan niat. Karena Tuhan, konon lebih menyayangi umat-Nya yang menikah, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang menikah.
Menurut teman lain, ya menikah keleeeus, kan udah 30 niiih.
Menurut teman lain lagi, menikah itu penting, karena jika diibaratkan, wanita itu susu, sementara pria adalah wine. Sifat susu makin lama jadi basi, sedang wine makin lama semakin enak, priceless.
Menurut kolega saya, menikah itu asyik. Karena perkara pergi sama teman tanpa izin saja bisa jadi perkara puanjang.
Menurut sepupu saya cepatlah menikah karena itu keinginan mama.
Tapi...
Sahabat saya yang telah meluruskan niat, begitu tertekan dengan konflik abadi sepanjang masa, antara menantu dan mertua.
Kolega yang pernah asyik masyuk menikah telah bercerai.
Sepupu saya yang mendesak saya menjadi anak baik, kadang berselingkuh.
Orangtua saya yang ingin paripurna di dunia, sedikit tercekat karena beliau kini terpisah.
Teman saya yang memburu batas mati 30 tahun, harus menderas arus perbedaan agama.
Kalau..
Manajer saya, memuja anaknya, menyesali suaminya.
Sekretaris direktur sebelah nelangsa karena suaminya sayang dia, tapi selingkuh jua.
Teman baik si sekretaris berkeras untuk bercerai karena itu yang terbaik untuk anaknya.
Saudara saya memilih seperti kera buta, tuli, bisu, hanya untuk keutuhan rumah tangganya.
Lalu kenapa harus menikah ?
Nikah untuk wanita, tangan terikat. Lahir buah hati, kaki terantai. You have no choice..
Bisa nggak ya..nikah itu sesederhana,
Karena saya sayang pasangan saya.
Sebelum 30 tahun oke juga, kan masih cantik maksimal.
Karena dengan status suami-istri, kami tampak feasible di hadapan bank untuk mengajukan kredit rumah.
Karena dengan legalitas, kami mau berduaan dalam konteks apa saja, dimana saja, boleeeh.
Karena saya paham sendirian itu tidak enak, lebih enak berdua, atau bertiga, plus kucing gemesin.
Jangan salah pilih, karena jodoh itu cuma sekali - atau diharapkan sekali seumur hidup-
Jodoh itu Tuhan yang mengatur, siap-siap aja kalo pasangan kamu sekarang bukan jodoh.
Terus kalo udah merasa memilih, ada orang yang datang dengan syak wasangka,
"kamu kayaknya ngak bisa sama dia,"
Bisa jadi ibu kamu, saudara kamu, atau tukang kartu tarot.
Masuk universitas, jurusan apa juga penting kok buat hidup selanjutnya. Salah pilih ngak bisa kaya Yoris Sebastian misalnya, nggak menemukan passion. Selamanya terjebak dalam rutinitas. Kok nggak seheboh kalo menikah sih ??
Ayolah teman, saudara, Tuhan, yang benar saja.... huuuufht!
Lucu ya Mbak..tulisan ini dibuat 5 hari sebelum "pernikahan" memutar balik kehidupan aku. This life, not fairy tale, ahak :D
BalasHapus