Kuning, Panjang, di Trotoar, Apaan Tebak ?

Semalam saya menyusuri jalur pedestrian di area Ratu Plaza.

Awalnya saya berjalan di sisi terluar, tapi malah melipir ke tengah karena seleret garis kuning di trotoar ini.


Selain ngejreng karena dicat kuning, teksturnya juga mengingatkan saya sama mainan balok lego. Setiap blok ada tekstur tiga garis, ada juga tekstur dot memenuhi blok. 

Kalau bertemu jalur kendaraan masuk gedung, blok tekstur dot dibentuk seperti segi empat, belok menjauhi gerbang lalu blok tiga garis disusun lurus lagi sampai melintasi halte atau mengarah ke tangga penyeberangan.

Cetakan blok yang segitu jelas sampai terasa di telapak kaki kalau melangkah sepanjang jalur kuning ini. Sambil lekat memperhatikan, sambil mikir artikel di Harian Kompas pekan lalu.

Saya baru tahu, ternyata jalur kuning (bukan janur kuning) ini petunjuk bagi penyandang tuna netra. Blok dot atau  blok tiga garis seperti kode braille untuk orang berkebutuhan khusus. Banyak cerita bahwa seseorang tidak bisa melihat dengan mata bisa memandang dengan anggota tubuh lain.

Nggak tau juga cara yang benar menggunakan jalur kuning itu, dengan cara menyentuhkan tongkat penuntun, atau kaya saya yang meniti penuh obsesi gitu. Tapi jelas garis kuning ini bukan hanya pemanis trotoar sepanjang Thamrin-sudirman lagi, sejalur kecil garis ini mewakili hak seseorang yang tidak bisa leluasa menyisir trotoar kanan-kiri, apalagi memperhatikan lalu lalang jalan Jakarta.

Saya yakin banyak orang tidak tahu fungsi jalur kuning tersebut. Kenapa ya pihak yang membangun nggak sekalian berkoar soal kegunaan jalur ini. Menurut saya masyarakat berhak tahu dan wajib menjaga fasilitas umum. Walaupun rasa toleran warga Jakarta makin surut saban tahun, masih ada juga kok yang peduli dengan hak orang lain, malah mungkin jadi toleran begitu ngerti jalur ini untuk orang berkebutuhan khusus.

Penitian saya sampai di depan gerbang masuk pertokoan Ratu Plaza. Wah, blok cetakan dot pecah terbelah, ada yang berantakan terlalu sering dilewati beban berat. Warna kuningnya banyak kusam karena nggak dirawat. Pembangunan Jakarta selalu nihil dalam perawatan.

Paling tidak saya tahu sekarang fungsi jalur kuning trotoar. Lain kali saya akan tetap berada di ruas terluar jalur pedestrian :)



Komentar

  1. wah... baru tahu kalo ada jalur khusus begitu... belum pernah nemu di malang?


    kayaknya dulu siaran tvri (khususnya berita, kalo gak salah) ada juga alih bahasa isyarat untuk yg berkebutuhan khusus, sekarang sudah gak pernah lihat lagi.....

    BalasHapus
  2. Mungkin karena Malang kota kecil yang lebih bersahabat untuk penyandang kebutuhan khusus. Tapi ya nggak jadi alasan juga sih buat meniadakan fasilitas layanan publik.

    Bener, saya juga ingat ada di pojok kanan perempuan atau laki-laki yang pake bahasa isyarat. Jaman kecil sih perhatian soalnya rada ajaib gitu. Kalo sekarang udah nggak ada ya? coba nanti nonton TVRI lagi, hehe.

    Thanks udah mampir ke blog saya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Cut Tari..!

Njelimet

Grace Kelly dan Kisah Dongengnya