Pashmina

Generosity is giving more than you can, and pride is taking less than you need

-Khalil Gibran-

Semalam saya tengah menemani kawan membeli tas di pusat perbelanjaan. 
 
Mata tengah meloncat dari satu display ke display lain yang memamerkan jam tangan. Entah kenapa jam-jam itu tidak terlihat price tag-nya, saya sampai setengah jungkir balik mencari sudut pas supaya bisa mengintip harga jam.
 
Masih berkutat, tiba-tiba pundak kiri saya merasakan jawilan. Tubuh langsung tegak kaku - karena mengira penjaga toko datang mengira saya maling-. Ternyata wanita ini, berdiri di samping saya degan tatapan antusias-cemas.
 
Wanita ini lebih pendek dari saya, termasuk kurus kering, rambut sepundak, berkacamata bingkai konvensional, berpakaian tunik warna broken white dengan taburan bunga kecil, sederhana. Ia menyapa saya,
 
"mbak, maaf, boleh saya tahu dimana mbak beli kain ini? (sambil menunjuk pashmina yang saya pakai),"
 
Ia melanjutkan..
 
"karena ibu saya suka dengan coraknya..(sambil menunjuk agak jauh dimana ibunya berdiri).
 
Baru saya ngeh, ini bukan soal maling.
 
Saya perhatikan ibunya yang ditemani dengan -tebakan saya- tante si wanita pencolek ini. Ibu ini mengenakan jilbab krem muda, keriput menggurat wajahnya, badannya mulai bungkuk dan mulutnya berkomat-kamit "iya bagus sekali". Berulang kali. 
 
Sambil tertawa saya berusaha mengingat, sialnya saya lupa! Hanya ingat ini hasil bajakan dari ibu saya yang baru kembali dariiiii....eeerrr...dari manaaaa siiiiih....Aha!
 
"Tanah abang bu, ibu saya beli di tanah abang, kalau nggak salah harganya 45 ribu" 
 
Jadi ingat ini pashmina belum dibayar, halah!
 
Setelah mengingat-ingat, ketiga wanita ini mengucapkan terima kasih dan berlalu. Saya kembali menjelajah bagian jam. 
 
Saat pulang, saya bercerita pada teman pengalaman ini. Lalu kami sepakat bahwa wanita pencolek itu adalah anak yang baik. Ia mau bertanya pada orang tak dikenal, dengan resiko dicurigai, diperlakukan kurang baik, atau tidak mendapatkan info yang diperlukan. Semua karena ibunya menginginkan pashmina saya.

Lebih jauh, ia masih mau mengajak ibunya berjalan-jalan, itu butuh kesabaran lho. Ibu ini jelas tidak bisa berjalan cepat, ia cenderung sensitif, gamang dengan ributnya ibukota dan kebutuhan khusus lain.

Pagi ini, saya memakai pashmina yang sama..lalu saya berpikir, kenapa tidak saya berikan saja semalam? Toh saya masih ada koleksi pashmina lain, baru terbayang jika trio wanita ini ke tanah abang tidak akan mudah, belum mencari toko penjual pashmina yang persis.

Ah, penyesalan tidak membawa apa-apa. Saya berharap mereka bisa menemukan pashmina yang lebih apik, lebih hangat..

Tahukah kamu wanita, pembicaraan singkat kita semalam juga mengingatkan saya untuk menghangatkan hati yang nyaris beku.

Sarinah, 12 April
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Cut Tari..!

Njelimet

Grace Kelly dan Kisah Dongengnya