Teori Warna

Pilihan warna menentukan karakter Anda. Setuju?

Mulanya saya pikir ini cuma kuis konyol-konyolan saja di majalah remaja perempuan. Tapi makin tua, kok saya mulai merasa ada benarnya ya...

Bermula dari sore ini. Melepas penat dengan hilir mudik ke selasar kantor sambil menenteng teh dingin. Pandangan lepas saja kemana mata ingin. Tapi dasarnya saya masuk golongan psikologis warna putih (serba detail alias kepo), maka manusia yang melintas dekat saya secara terstruktur terpindai atas sampai bawah.

Karyawati tempat saya bekerja punya kecenderungan monoton. Mereka berpakaian -mbak kantoran banget- yang sekadar celana bahan dan kemeja. Beda dengan gedung sebelah yang menjadi markas majalah fashion, wanitanya tampil gaya minimal dengan ankle boots dan dress.

Toh kawan kantor saya tidak habis akal. Untuk mengekspresikan diri, mereka menggunakan warna-warni kuteks yang merias kuku kaki atau tangan. Selama saya bekerja, warna ceria macam hijau, biru, ungu muda, pink atau warna gelap seperti cokelat dan hitam, berseliweran sambil buru-buru mengejar bos.


Perlahan saya mulai bisa mengenali siapa orang ini dari kakinya saja! Teori dodol saya, warna ceria biasanya perempuan muda, dan kepribadiannya diam-diam ceria. Formalitas kantor sungguh mengunci pribadi bebas, sehingga warna stand out sedikit sudah mengundang cuap-cuap.


Saya senang saja melihat perempuan-perempuan ini cekikikan di toilet, dan dari balik selopnya mengintip kuku aneka warna. 


Beda lagi dengan warna gelap atau merah. Mereka ini wanita yang setengah berumur dan entah kenapa, semuanya memilih single. Saya menyimpulkan golongan ini adalah mereka yang matang, merasa bukan saatnya lagi pecicilan, tapi juga menolak tua.


Lalu saya berhasil menebak kegilaan seseorang dari pilihan warna pakaian dalamnya! ini serius...


Bagi saya seseorang yang memilih merah, pasti ada sisi provokatif dalam dirinya. Entah apa, yang pasti ia ingin terlihat, mau dari bagian mana saja. Lalu saya shock setengah mati saat menemukan warna bra -mbak yang kerja di rumah- berwajah lugu dan mengaku polos itu, berwarna merah semua!


Belum ditambah dengan celana dalam motif macan tutul! Saya hakul yakin mbak satu ini punya sisi liar-seliarnya, omongannya tak bisa dipercaya.


Benar saja, tidak sampai seminggu, terbukti keluguannya cuma palsu. Dia mengambil barang pribadi saya yang remeh, dan kakak saya merasa kehilangan uang. Tertangkap basah pun dia tetap berwajah lempeng-dot-com.


Sekali lagi ilmu "don't judge from the cover" berlaku...


Tadi pagi ibu saya berkomentar singkat, "kamu kok bajunya gelap semua?" wah, saya perhatikan betul juga. Setelah dipikir-pikir, saya merasa tubuh ini agak tambun, sehingga perlu ditutupi. Lalu ada kesan agak serius kalau saya mengenakan padanan gelap.


Sesungguhnya saya suka biru. Katanya penggemar biru mirip-mirip dengan tenang, damai sekalian bumi dan langit, tapi kurang tegas. Nah saya jauh sekali dengan karakter itu. Saya fluktuatif, tidak menghindari konfrontasi kalau sudah sebal dan terlampau tegas atau keras.


Lalu kalau sudah begitu, yang salah karakternya, apa warna pilihannya....

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Cut Tari..!

Njelimet

Grace Kelly dan Kisah Dongengnya