1432

I'ed Mubarak..Selamat hari raya lebaran..

Hari ini tepat "lebaran ke-2" bagi umat muslim yang merayakan Idul Fitri, menurut batasan pemerintah. Ini adalah perayaan setelah satu bulan menjalani bulan Ramadhan.


Idealnya bulan Ramadhan wajib diisi dengan puasa menahan lapar, haus, emosi negatif, selama 18 jam. Selain itu perbanyak beribadah, karena Tuhan tengah memberi obral ampunan dan rahmat kepada siapa saja yang meminta.


Jadi bagi umat muslim, dalam 12 bulan jatah hidupnya, 1 bulan adalah masa rehabilitasi setelah 11 bulan teracuni dengan kesalahan yang tampak-kasat mata, alpa-sengaja, enak-tak enak.


Itu urusan vertikal..untuk perkara horizontal, lebaran menambah gembira karena libur panjang telah tiba!


Satu pekan setiap perusahaan harus merelakan karyawannya merdeka, anak sekolah melupakan pekerjaan rumah, dan pekerja sektor rumah tangga jumawa di kampung halaman.


Tapi satu pekan ini tidak berlaku untuk saya.


Sebagai anak baru dalam perusahaan tempat bekerja sekarang, saya belum berhak mendapat cuti. Bisa saja saya berhutang setelah hak cuti saya turun tahun depan, tapi saya lebih memilih masuk kerja daripada lontang-lantung tak jelas di rumah kakak.


Kebanyakan orang yang tahu merasa iba pada nasib saya. Atau malah menyoroti perusahaan saya bekerja. Kurang lebih seperti "kantor nggak mau rugi", "tega, pelit", "kantor lo nggak ngerti apa ini cuti lebaran?"


Sebagai gambaran, saya bekerja untuk perusahaan dimana pribumi menjadi minoritas. Ibarat kantor pemerintahan yang sulit menemukan keturunan Cina, nah, di kantor saya berlaku kebalikannya.


Ini kali pertama saya merasakan menjadi minoritas, dan rasanya memang serba aneh. Mulai dari anatomi tubuh yang drastis perbedaannya, logat bicara yang kental aksen bahasa mandarin, atau etos kerja yang membuat rekan kerja saya amat disiplin dan fokus pada pekerjaan.


Tentu saja ini membuat saya gamang. Disiplin alamat silap buat saya. Satu menit saja terlambat, cela sudah daftar absensi saya. Begitu pula mengenakan kaus di luar hari Jumat, dan mengobrol dengan santai bisa mengundang tatapan aneh orang yang lewat.


Tidak heran prasangka tumbuh pelan-pelan dan ajeg. Walau ada sebagian rekan keturunan yang merasa "aku-kamu sama", atau malah ada teman saya yang dengan tegas mengucap "gue Indonesia".

Kembali pada hari ini. Saya melangkahkan kaki ke kantor yang amat sunyi sejak pagi. Rasanya teduh, melihat ibukota bebas dari bebannya sejenak. Tidak ada kemacetan, asap, dan orang berlalu-lalang tak peduli.


Saya mampir ke toilet, bertemu dengan satu enci yang supel. Ia mengulurkan tangannya dan berucap "minal aidzin wal faidzin"...


Terulang lagi saat saya duduk, rekan bagian IT menghampiri dan menjabat tangan saya. Seorang manajer proyek lewat, dan bertanya tegas "kamu lebaran?" saya iyakan, dan tangan kuatnya menjabat lagi. Ibu manajer yang menempati ruangan di hadapan saya keluar, dan melakukan hal yang sama. Ditambah ucapan staf HRD, bapak security, dan office boy.


Mereka semua apa yang saya katakan "rekan keturunan". Bagi saya lebaran kali ini justru amat bermakna karena saya menerima ucapan selamat, justru dari orang-orang yang saya tak kira akan melakukannya.


Saya percaya salah satu perintah Tuhan adalah menghormati sesama, lepas dari keyakinannya. Kebanyakan umat dan saya, terlalu sibuk beramal untuk sesama muslim, tapi lupa untuk memperkuat jalinan kepada sesama manusia.


Ternyata perusahaan ini tidak sejahat yang orang kira. Di setiap sudutnya masih ada manusia yang punya semangat "memanusiakan".

Selamat berlebaran, selamat menilik apakah Anda merayakan yang benar-benar Anda dapatkan...





Komentar

  1. jangan sedih ya hanya karena struktur dan disiplin kerja yang ngga kenal ampun. di sekitarmu masih ada manusia yang punya hati dan rasa untuk menghangatkan hari-harimu :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Cut Tari..!

Njelimet

Grace Kelly dan Kisah Dongengnya