Supermassive Black Hole

Bagaimana sebuah film menandakan keengganan saya menerima kenyataan

Minggu malam saya dilema. Ibu saya yang maniak novel Twilight besutan pengarang asal Connecticut, AS, Stephenie Meyer, tiba-tiba ingin menonton (lagi) versi filmnya.

Saya telah mendengar reputasi novel fenomenal ini, pun filmnya. Intinya mengenai kisah terlarang antara manusia dan vampire "tobat" yang enggan memangsa manusia. Drama percintaan ini yang dikulik habis hingga melahirkan empat seri, lebih terkenal dengan istilah "Twilight Saga" (Saga berarti hikayat).

Secara masyarakat Indonesia lebih gemar menonton daripada membaca, terang saja film Twilight mendapat sambutan kencang ketimbang bukunya. Tiba-tiba nama Kristen Steward dan Robert Pattinson menjadi fenomena.Banyak yang mengelu-elukan tampannya cowok cantik macam Robert, yang buat saya seperti pesakitan.

Baiklah, saya selaku operator film menurut saja memasang film itu dan berniat kabur sekencang-kencangnya. Tapi opening film ini sangat mengganggu mata. Saya jadi duduk dan panteng sepanjang film.

Aah, guilty pleasure..perlahan saya mulai mengerti jalan ceritanya. Sosok perempuan yang diperankan Kristen bernama Bella Swan. Ia adalah karakter agak boyish, pendiam, selalu resah, gerak-geriknya menyiratkan tidak nyaman dengan diri sendiri atau lingkungan sekitarnya.

Lalu Edward Cullen, si vampire tobat, diperankan Robert Pattinson. Edward selalu berkumpul bersama keluarganya. Ia terlihat tampan karena dingin dan lempeng-dot-com. Saya pernah membaca rias wajah mereka dibuat pucat, bahasa makeup-nya, beige atau pale. Jadi tampilan Edward pucat dan rona bibir sangat ranum, merah seperti terendam darah terus-terusan.

Sejurus dengan rautnya, Edward ini lelaki incaran satu sekolah tapi cuek bebek saja. Ia tidak pernah tertarik dengan siswi di sekitarnya. Hingga ia mencium aroma Bella sampai mual.

Naluri haus darahnya muncul karena Bella punya hawa yang, engg...sejenis vampirious sepertinya, enak untuk dihisap vampire.

Lalu mereka berkenalan, saling membuka diri, konflik, adegan mesra yang berjalan sangat lambat-membuat hasrat terpacu lebih tinggi-dan efek tidak masuk akal yang mencuri perhatian.

Sebenarnya jalan cerita film ini biasa saja. Tidak ada satu gagasan baru untuk dituangkan soal eksplorasi cinta. Bahkan karakter Bella seperti terlalu cemas sepanjang film. Jadi agak janggal melihat gadis resah tapi tidak takut vampire.

Tapi saya harus mengakui casting aktor atau aktris termasuk berhasil membangkitkan imajinasi tentang vampire. Mereka semua cocok dirias pucat dan berbibir sensual, khas vampire yang tampan atau cantik untuk menarik perhatian korban.Wajah mereka bergaris tajam dengan hidung hampir mencuat dan sorot mata yang licik.

Film usai dengan janji Bella untuk bersama Edward selamanya. Ia rela menjadi vampire pula dengan menawarkan lehernya yang jenjang pada Edward untuk dihisap. (dalam legenda, manusia yang tergigit vampire akan ketularan jadi vampire juga), tapi Edward hanya mengecup dengan dalam dan pelan..

Sial, saya harus menjilat ludah sendiri. Pernah terluncur dari mulut bahwa saya tidak akan pernah menjamah produk-produk Twilight. Sekarang saya menontonnya, belakangan agak terpesona.

Kenapa? kenapa saya selalu enggan menonton atau membaca karya romantis yang keliwat romantis. Kalau ada orang yang memperhatikan ketertarikan saya akan satu isu, pasti jauh dari isu cinta atau romantisme.

Karena saya belum bisa menerima kenyataan. Ada lubang hitam super besar dalam hati saya yang haus akan cinta romantis tapi belum terpuaskan. Saya iri melihat, membaca, mendengar orang lain yang merasakannya.

Maka saya membunuhnya di awal agar saya tidak kecewa di belakang. Agar saya tidak berangan dan tetap menjejak bumi.Ini mulai berlebihan, sampai mengorbankan menikmati kisah fiksi yang asyik dan fenomenal. Lalu apa?

Lalu saya bangkit dari duduk dan menyimpulkan, vampire adalah setan yang sensual, sambil berimajinasi dengan alunan lagu grup Muse, Supermassive Black Hole...

Komentar

  1. huahuahuahuahua... aduhh dwittaa.. awas kalau nonton filmnya jgn sampai ngilerdotcom...

    BalasHapus
  2. Itulaaah...kadang-kadang insan film itu tau betul memaksimalkan wajah rupawan si aktor..halah!

    BalasHapus
  3. that is their job to make the audience can not set their eyes off the movie... ::)

    BalasHapus
  4. And blow imagination..so high..so high

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Cut Tari..!

Njelimet

Grace Kelly dan Kisah Dongengnya