Dumel-dumel Pagi Ini

8 Februari 2010, 12.42 menurut PC kantor.

Senin ini ada yang beda. Sahabat-sahabat saya rencananya akan berkumpul. Tapi karena situasi, kumpul-kumpul yang-seharusnya cukup mudah dilaksanakan- ini menjadi ruwet..ruwet..sampai kesal sendiri rasanya.

Saya dan empat orang lainnya adalah teman sepermainan dalam lingkungan rumah. Tahun 1999 kami bertemu dalam organisasi Karang Taruna daerah rumah kami di Depok. Dua tahun kemudian saya pindah rumah, bergeser beberapa blok, dan ternyata satu blok dengan empat teman saya ini.

Komposisinya adalah :

Tiga orang kelahiran 1985 dan dua orang tahun 1982
Perempuan
Dua diantaranya kakak adik.

Karena kami gemar kemana-mana berlima, atau minimal berdua, teman-teman lingkungan sepakat menjuluki kami "Krucil", terinspirasi dari acara di SCTV yang berisi tentang wartawan cilik yang jalan-jalan melulu, agak berisik, dan mau tahu. Itulah kami dulu, pemanis diantara orang-orang dewasa yang sedang gencar memikirkan acara 17-an sekalian gebet tetangga.

Saking lengketnya, masing-masing keluarga kami sudah paham siapa-siapa saja anggota Krucil itu, dan setiap ada yang datang ke rumah, diperlakukan sama dengan anak atau adik atau kakaknya.

Toh waktu berjalan, tahun 2006 saya harus meninggalkan lingkungan yang hangat ini. Menyusul kawan saya diboyong ke Bogor sekitar tahun 2007. Tahun 2008 dua diantara teman saya menikah. Sejak itu keakraban dan waktu menjadi hal yang eksklusif.

Lalu hari ini. Kawan saya ini memang mulia. Ia berniat izin keluar kantor sore dan langsung melesat dari Bogor ke Depok. Ia berniat menengok satu-satu teman saya yang sudah berbuah anak dari hasil pernikahannya, setelah itu baru mampir ke kontrakan saya.

Hell loose??

Saya berpikir sebaliknya, berkumpul saja di satu tempat, jika ada yang tidak bisa ya sudah. Teman saya menolak,

"pasti nggak mau, soalnya pada repot sama anak," kata teman saya.

lebih lanjut dia meyakinkan saya,

"jadi rute gw ke klinik terus ke depok jenguk N-gie terus ketemu di Margonda ya, ngak enak sama Eka,"

Yes, my lady, apa sih yang ngak buat lo??

Itu sangat tidak praktis! Kayak ngak tahu perempuan aja, kalo ketemu mana ada kata 'sebentar'?? lagipula saya sangat tidak setuju kalau anak harus menjadi senjata "rempong" dan saya harus mengalah untuk menghampiri satu per satu teman saya.

Have a kids is your choice and ask me to get those risk too is stupid!

Lambat-lambat saya mulai merenung..Kenapa saya kesal sekali, wajarkah emosi yang saya rasakan, terlalu egoiskah saya? Itulah kenapa teman saya yang di Bogor itu begitu dicintai dan saya tidak cukup tulus bagi teman saya. Ia rela untuk kesana-kemari selama bisa memberi yang terbaik untuk semua orang..saya ulang, SEMUA ORANG..

Saya tidak akan bisa dan tidak mau seperti itu. Yeah, setelah dipikir dari dulu saya memang bakat "berkata iya untuk yang saya anggap benar, dan berkata tidak untuk yang saya anggap salah," jadi apakah itu terlalu egois, buat saya iya, tapi perlu.

Emosi toh saya tidak sampai merugikan orang, dan masalah kesal, karena dalam hati ada rasa iri, saya harus menerima kenyataan dinomor duakan demi kepentingan teman saya yang lain, yang notabene saya juga rindukan, tapi saya buang jauh-jauh..

Tentunya agar saya tidak berlarut-larut dalam kehilangan.

Komentar

  1. hihi...jadi seneng membaca artikel ini...maaf ya karena sudah menjadi repot...

    BalasHapus
  2. Maaf juga ya kalau saya belum legowo menerima keadaan..dirimu jadi repot jaga perasaan sana-sini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Penting Cut Tari..!

Njelimet

Grace Kelly dan Kisah Dongengnya