Suatu kali di House of Beauty
Rabu pagi pertengahan September 2009..
Saya tiba di Yogyakarta setelah semalaman berkendara dengan menumpang mobil saudara saya dari Jakarta.
Kami sengaja berangkat tiga hari sesudah lebaran, menghindari kemacetan. Saudara jauh saya yang gila pelesir itu ternyata juga gila jalanan..harga dirinya terusik setiap kali mobil tersalip bus..parah!
Sampai di Babarsari, rumah tante saya, saya melakukan ritual 3S, Salam-Sarapan-Semaput..saya tidur dengan nyenyak setelah kenyang.
Bangun sore hari, rumah sepi..tinggal tante dan om saya yang siap-siap mau pergi. Saat saya tanya, ternyata tante hendak ke salon untuk facial..wah, tanpa pikir panjang, saya langsung nunut
Saya diantar ke salon di belakang Galeria Yogya, namanya Yogya House of Beauty. Bangunan depannya bernuansa hijau lembut dan minimalis, teduh.
Saat masuk, dan melihat daftar harga, cukup mahal, tapi saya sudah kepalang tanggung..jadilah saya memilih creambath tradisional, dan dengan bujukan tante, saya menambah body massage.
Cheap shit? hah, bodo..hehe
Saya membawa nota berisi perawatan yang saya pilih dan memasuki ruang creambath. Saya dipersilahkan berganti pakaian dengan kain yang menutupi dada hingga lutut. Prosedur creambath standar saja, bedanya sambil disuguhi teh manis hangat.
Selesai creambath, saya dipersilahkan memasuki kamar 5..bagian massage.
Ini kali pertama saya body massage, jadi saya benar-benar tergantung petunjuk mbak-mbak yang akan memijat saya.
Kamar pijat berisi 2 tempat tidur, diberi seprai hijau, dan ditutup lagi dengan kain batik. Tiga gulung handuk hijau ada di ujung tempat tidur, dan pencahayaan dibuat redup mengarah gelap.
Disiapkan juga bath cap dan celana dalam kertas..ternyata saya diharuskan hanya memakai celana dalam kertas itu!
Baiklah, saya telungkup dengan memamerkan habis tubuh saya pada pemijat..saya tidak suka bagian ini. Tapi ketika dipijat, saya mulai menikmati berbugil ria, hehe.
Minyak pijat yang digunakan beraroma kayu, menenangkan..hingga nyaris tertidur (kalau nggak diganggu lagu peter pan!)
Saat mbak pemijat menyuruh saya berbalik, mulai kejengahan itu timbul lagi. Apalagi dia mengurut perut dan dada saya! haaah, emang gw cewek apaan??
What a woman..
Selama 45 menit tubuh saya di massage dengan kekuatan sedang dan sifatnya relaksasi..sangat menyenangkan.
Setelah itu saya di steam dan disuguhi lagi teh manis plus air putih. Saya boleh memilih untuk basuh di shower atau di bath tub..saya pilih shower saja.
Selesai steam, saya duduk sebentar untuk meneguk air putih, dan menikmati sensasi tubuh yang longgar dari kelelahan. Setelah itu saya basuh di bawah shower, bergantian air panas dan air dingin.
Membasuh usai, saya diberi lotion Sariayu dengan aroma kenanga..komplit deh.
Ono rupo ono rego..semua perawatan itu membuat lembaran ratusan ribu melayang..namun buat saya itu sangat sepadan dan dapat menjadi alternatif melepaskan kepenatan sesekali.
Saya kini mengerti, kenapa banyak perempuan tergila-gila untuk kembali ke spa, bisnis kecantikan juga tak pernah surut..yang mereka jual adalah ketenangan, komoditas yang selalu dicari dan menggugah perasaan terdalam manusia.
Namun ada yang mengganjal, keluar kamar basuh, saya melihat perempuan yang tergeletak di ranjang yang sebelumnya saya tiduri.
Dia bertubuh gemuk, putih susu kulitnya, sepertinya bangsa Cina, dan matanya tertutup dengan sayatan merah darah di kelopak matanya. Hiiy..
Saya pandangi lagi, ternyata dia pasien yang berusaha membuat kelopak mata dengan cara menyayat bagian kelopak mata dan menjahitnya. Menggenaskan
Saya bersyukur, hanya perlu creambath dan pijat, tidak perlu menyayat. Lagipula kalau boleh jujur, sungguh usaha yang nyaris sia-sia..
Dia tidak akan lebih baik..dia akan tetap butuh sayatan baru, di lengannya, di perutnya, di betisnya.
Lalu paradoks lain saya temukan di tempat perempuan menyerahkan 'ketenangannya'.
tadinya cuman pengen tahu JBoH cabang solo, browsing via Google malah nyasar ke rumah si Jeng Dwita.....
BalasHapusSekedar ingin mempercantik diri...padahal cantik itu tidak dari fisik.....
Trims sudah berkunjung..silahkan datang lagi kalau berkenan.
BalasHapusMasalah cantik itu personal sekali, yang pasti gempuran kata "cantik" dari lingkungan membuat perempuan terpenjara dalam keinginan cantik..tak peduli luar atau dalam.