Postingan

Cerita Pihak Ke-3

Sebut dia mawar. Seorang perempuan, korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh kerabat dekatnya. Dia tidak mengerti bagaimana bisa malam itu akan menjadi kegelapan yang panjang. Lepas adzan isya berkumandang, ia tengah menikmati novel berlatar eksil komunis di bawah temaram lampu meja makan.  Barangkali ia terlampau percaya kakak iparnya telah terikat menjadi abang kandungnya. Bisa jadi ia semakin larut dalam bacaan hingga dua bab ia lahap tidak sampai dua jam. Ia masih tak beranjak saat mendengar langkah-langkah mendekat dan terkejut dengan ciuman  mendarat di pipi kanannya. Kenapa begini?? Deretan huruf segera kabur, perasaan tidak nyaman hinggap. Hingga tangan menjijikkan itu kembali menggerayangi pundak, punggung, dan dada Mawar. Ia bangkit dan menutup keras Novel-nya..ia jadikan buku itu tameng untuk dadanya yang terasa digelayuti kotoran, ia berlari menuju kamar dan mengunci pintu. Tuhan, apa yang terjadi padaku?  Rasa cekat meremas jantung, bingkai ...

132 Thing To Do Before 30

Judul diatas saya kutip dari sebuah majalah wanita untuk usia perempat abad. Si penulis rupanya mencoba berkesperimen dimana majalah lain biasanya sibuk menjual artikel bertema "resolusi tahun baru" pada terbitan awal tahun. Sebagai perempuan yang sejengkal lagi memasuki usia 30, saya merasa terpanggil untuk meng-sinkron-kan 132 daftar ini dengan apa yang sudah atau hendak saya capai.  Dan nominasinya adalaaaaah.... 1. Berkunjung ke lokasi film favorit      Hmm, ngak ada film yang cukup bikin saya ngiler ke satu daerah sih. Lewat 2. Rasakan nikmatnya first class seat di pesawat     Setelah sukses naik Garuda Indonesia gratisan, ini boleh juga dicoba. 3. Tidur di hotel bintang 5 di Luar Negeri     Yah, bobo di hotel bintang 5 di Lombok aja udah kegirangan. Ngak usah deh. 4. Foto dengan artis ganteng, pajang di profile picture     Emang ada artis Indonesia ganteng?? 5. Lakukan cek kesehatan wajib untuk perempuan, misal p...

Kuning, Panjang, di Trotoar, Apaan Tebak ?

Gambar
Semalam saya menyusuri jalur pedestrian di area Ratu Plaza. Awalnya saya berjalan di sisi terluar, tapi malah melipir ke tengah karena seleret garis kuning di trotoar ini. Selain ngejreng karena dicat kuning, teksturnya juga mengingatkan saya sama mainan balok lego. Setiap blok ada tekstur tiga garis, ada juga tekstur dot memenuhi blok.  Kalau bertemu jalur kendaraan masuk gedung, blok tekstur dot dibentuk seperti segi empat, belok menjauh i gerbang lalu blok tiga garis disusun lurus lagi sampai melintasi halte atau mengarah ke tangga penyeberangan. Cetakan blok yang segitu jelas sampai terasa di telapak kaki kalau melangkah sepanjang jalur kuning ini. Sambil lekat memperhatikan, sambil mikir artikel di Harian Kompas pekan lalu. Saya baru tahu, ternyata jalur kuning (bukan janur kuning) ini petunjuk bagi penyandang tuna netra. Blok dot atau  blok tiga garis seperti kode braille untuk orang berkebutuhan khusus. Banyak cerita bahwa seseorang tidak bisa melihat denga...

Be a Good One

Gambar
- What ever you are, be a good one - Saya amat terkesan dengan kutipan yang terluncur dari mantan Presiden AS, Abraham Lincoln. Pendek kata ia berpesan jadilah "ba ik " dalam setiap fase kehidupan yang tengah kita lakoni.  Saya terjun ke dunia kerja sejak awal 2009. Dengan latar belakang pendidikan jurnalisme, idealnya saya bekerja sebagai wartawan. Dan itu yang saya lakukan dalam dua dari tiga tahun masa kerja. Tiga bulan pertama saya menjadi freelance untuk analisis media massa, lima bulan berikutnya menjadi reporter majalah travel. Sempat mengangggur empat bulan, saya diterima sebagai reporter gaya hidup di media online dan bertahan hingga satu tahun lima bulan. K arier sebagai wartawan berakhir saat pindah ke salah satu media nasional yang saya impikan sejak kuliah. Tidak sampai enam bulan saya bekerja disana. Jika benar media ini adalah impian, mengapa lantas saya lepaskan begitu saja? Alasan yang sering saya kemukakan, karena...

Sejam Bersama Sejarah

Gambar
Tau apa kamu soal Jenderal AH Nasution? "Uhmm..." Gumaman khas mikir -padahal nggak tau- pasti jawaban pertama saya. Ingatan saya hanya berputar pada film Pemberontakan G30 S/PKI (bener nggak nih nulisnya) yang satu tahun sekali ditayangkan di semua saluran TV.  Malam 30 September semua tegang menonton. Belakangan heran juga tidak ada panduan semacam " parental advisory " atau "dewasa" pada film tersebut. Padahal saat itu usia saya masih 8 tahun. Usia yang terbilang tidak boleh bukan melihat adegan penembakan berdarah-darah pasukan Tjakrabirawa? Tapi begitulah. Memori pasukan menggerebek rumah jenderal-jenderal yang kebanyakan memakai piyama plus satu anak kecil tertembak masih melekat. Adegan ini menggenaskan sekali. Seorang wanita menggendong anak kecil berlumuran darah. Siang ini saya akhiri ketidaktahuan soal siapa itu jenderal AH Nasution, dengan berkunjung ke rumahnya yang dijadikan museum. Bersama teman akur, kami girang m...