Postingan

Backpackers 1

Gambar
Beberapa hari yang lalu..saya nekad menjadi backpackers dadakan.. Kota tujuan, Ngayogyakarta hadiningrat(ngarang lho)..menemui ayah saya yang menghabiskan masa tua disana. Rahasia umum, Yogya adalah kota favorit untuk liburan. Namun bagi saya, kota itu tidak sekadar untuk liburan. Kerabat, ayah saya, ada disana pula, sehingga saya lebih senang menyebutnya sebagai ' Kota Penyembuhan'. Tiga hari dua malam, halah, ini cuma waktu basa-basi, tapi apa daya, waktu saya hanya segitu. Berangkat dengan bis maju lancar..ya iya sih lancar-lancar aja..seat juga enak..awak bis juga baik-baik..bikin saya sumringah naik bis. Namanya modal nekad, keuangan juga nekad, alhasil saya hanya ngejar-ngejar kelinci lucu di parkiran waktu bis berhenti untuk makan. Berangkat dari Jakarta jam 3 sore, sampai yogya jam 6 pagi..edan! pelajaran nomor 2 : cek rute, jangan lewat selatan, lama cuy! Sesampai disana, saya tertidur sesiangan..g berhasrat pula untuk muter-muter, dan ayah saya mendaulat ...

Hepi Wikend

Gawat! Siaga satu! Saya dah mulai males nulis!! Padahal, akhir minggu ini, begitu banyak kejadian..menyiram tembok hati yg mulai memucat..tergerus kapur pesimisme. Genap satu minggu, saya bekerja, mendapat mimpi saya, tanpa saya harus menjemputnya. Wah, Jagad raya ini memang unik..seperti biasa, tahu betul cara menyembuhkan penghuninya yang sakit. Lantas saya melangkah terengah untuk menunjukkan rasa menggila saya,sekaligus terpesona oleh anak adam yang luar biasa cakap. Sampai detik ini, saya usaha setengah mati mengetahui statusnya, apakah masih available, tapi belom dapet juga! dasar wartawan, bisanya ngorek, g bisa di korek. Lalu, sore kemarin, saya dapati diri saya terburu-buru, hanya untuk melihat sosoknya beberapa menit. Dia yang sangat absurd, tidak jelas apa saya tresno padanya. Saya hanya tahu, dia pernah singgah dalam hati saya sebagai penjawab kehausan saya dicintai. Saya sedih melihat orang itu, tidak berdaya dalam kumpulan orang pintar. Terpekur, tengggelam dalam ketidak ...

Kalimantan sejarak lima senti

Gambar
Take 1: Hari ini, kitab pintar saya, sebuah suratkabar mapan, memuat hasil liputannya, mengenai perdagangan manusia antar negara, spesifik dengan Malaysia. Kurang ajar sekali,ternyata negara kita dan negara tetangga tidak hanya satu rumpun, tetapi juga satu modus, sama-sama menjerumuskan bangsanya sendiri pada jurang perbudakan. Benar juga kata Pramoedya, Indonesia adalah negara budak, budak bagi bangsa lain, dan budak bagi bangsanya sendiri. Perdagangan manusia sudah tidak asing lagi. Tidak usah ditanya betapa sakti mandraguna jaringan tersebut. Membayangkan barang keluar toko saya kepala saya sudah pening, apalagi manusia, yang memiliki roh, kekuatan bertahan, dan melindungi diri, punya akal!mustahil..mustahil! Akal saya mencerna, wah, ada yang nggak bener nih. Dari saya masih SMA, sekitar 8 tahun lalu, sudah samar saya dengar masalah dagang-dagangan ini. Pasti umurnya lebih uzur lagi, karena sejarah perbudakan setua sejarah manusia itu sendiri. Dengan iming-iming p...

Warming up

Catatan kecil untuk kita sekalian yang gemar menulis. Atau terdesak dengan keadaan sehingga yang bisa dilakukan adalah menulis. Terus gerakkan kemauan anda untuk menulis, karena sekejap saja anda lengah.. Selamat! kita kehilangan ruh untuk berimaji lewat simbol kata-kata ini. Saya merasakan betul. terkapar karena penyakit, membuat saya emoh untuk melakukan apa-apa. Seketika pikiran yang biasanya tertuang dengan tulisan, beku dan kehilangan daya penyembuhnya.. Halah, saya harus me-reset dari awal lagi. Tapi menulis memang tidak pernah kehilangan daya tariknya. Dia tetap asyik. Tapi kok nulis skripsi bawaannya beban mulu ya?hehehe

Nayaka Praja

Sebagai seorang lulusan baru, saya bergabung dengan ribuan pencari nafkah lainnya. Ungkapan klise terluncur dari sekitar, sesaat setelah wisuda, "Welcome to the real life". Sebuah fenomena baru, alih-alih mengucapkan selamat, atau berbangga hati, ucapan singkat nan dashyat itu seolah mencerminkan, bahwa kehidupan nyata itu luar biasa parahnya. Orang-orang kebanyakan skeptis dengan kehidupan selanjutnya, wajar saja, begitu banyak 'mahasiswa abadi', yang enggan untuk beranjak dari statusnya. Enggan untuk melihat masa depan. Kelulusan saya ternyata berbarengan dengan pembukaan lowongan beberapa instansi negara. Antusiasme rekan seperjuangan saya, bukan main, mereka rela melakukan apa saja. Demi menjadi seorang Pegawai Negeri. Yah, demi mengejar sedikit kenyaman di hari tua, dan jaminan tidak akan terkena pemberhentian massal. Sah-sah saja setiap orang mempunyai persepsi sendiri tentang apa yang membuat mereka bahagia. Namun, hati ini tergelitik, karena realitas yang ada ...