Cerita Pihak Ke-3

Sebut dia mawar.

Seorang perempuan, korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh kerabat dekatnya.

Dia tidak mengerti bagaimana bisa malam itu akan menjadi kegelapan yang panjang. Lepas adzan isya berkumandang, ia tengah menikmati novel berlatar eksil komunis di bawah temaram lampu meja makan. 

Barangkali ia terlampau percaya kakak iparnya telah terikat menjadi abang kandungnya. Bisa jadi ia semakin larut dalam bacaan hingga dua bab ia lahap tidak sampai dua jam. Ia masih tak beranjak saat mendengar langkah-langkah mendekat dan terkejut dengan ciuman  mendarat di pipi kanannya.

Kenapa begini??

Deretan huruf segera kabur, perasaan tidak nyaman hinggap. Hingga tangan menjijikkan itu kembali menggerayangi pundak, punggung, dan dada Mawar.

Ia bangkit dan menutup keras Novel-nya..ia jadikan buku itu tameng untuk dadanya yang terasa digelayuti kotoran, ia berlari menuju kamar dan mengunci pintu. Tuhan, apa yang terjadi padaku? 

Rasa cekat meremas jantung, bingkai kejadian bertabrakan dengan jari yang otomatis menekan tombol handphone. Siapa yang bisa dia percaya sekarang, detik lalu membuktikan manusia yang ia percaya tengah menggadaikan diri pada pelecehan yang tak terkira.

Mawar menghubungi temannya, kekasihnya, tapi tidak keluarganya. Karena hati kecilnya berteriak, ingat anak-anak itu! buah hati kakak dari pria brengsek di luar sana tidak bisa turut menjadi korban..

Maka ia membereskan pakaian dalam diam, meninggalkan rumah keparat itu untuk selamanya.

Beberapa bulan telah lewat, Mawar adalah kawan saya yang kuat. Meminjam kebiasaan media untuk menyembunyikan identitas korban, maka saya memilih bunga mawar yang indah namun perjalanannya penuh duri.

Tetesan air mata tidak menjadi dosa untuknya. Ia amat yakin bahwa menerima apapun kondisi hati adalah jalan untuk bangkit. Satu hal yang terus ia tancapkan, ia menolak untuk mengiyakan kejadian itu adalah trauma dan terus menerjang untuk melanjutkan hidup.

Perlahan ia menata hidup. Pertama-tama ia kembali membiasakan diri hidup sendiri. Tidak susah-susah amat karena sebelumnya ia menikmati soliter. Selanjutnya ia harus belajar menjadi pembohong ulung untuk menjawab pertanyaan orang-orang perihal kepindahannya.

Ia menjadi sadar, bahwa kebanyakan orang hanya ingin "mendengar apa yang ingin mereka dengar". Begitu pula keluarganya. Karena itu ia masih menghindar dari keluarganya. Sesuatu yang diam-diam membuat satu ruang hatinya hampa.

Mawar mengingatkan saya bahwa perjuangan korban kekerasan dalam dimensi apapun tidak pernah mudah. Perlawanan justru timbul dari sesama perempuan yang terlalu lama tumbuh dalam lingkungan patriarkal. Menjadi menyakitkan manakala ia harus menerima pertanyaan menyudutkan,

"memang malam itu kamu pakai baju apa?" 

 "kan sudah dibilang jangan pernah berduaan dengan laki-laki lain,"

Bahkan keputusannya untuk mengendapkan persoalan ini juga hasil bias dari pendidikan patriarkal tadi. Ia enggan buka mulut karena tidak ingin rumah tangga kakaknya berujung pada kehancuran.

Perlahan ia mulai membuka diri, seketika dunia menjadi sempit. Ternyata korban kekerasan seksual begitu banyak, bahkan kawan dekatnya sendiri. Namun mereka memilih diam atau ditekan oleh lingkungan untuk melupakan dan menganggap pelecehan adalah kekhilafan murni.

Mungkin sekarang Mawar diam. Tapi dia sadar bahwa kejadian yang menimpanya bukan akhir dari segalanya. Ia tengah bergumam, bahwa sudah bukan tempatnya laki-laki menjadi dominan jika mengurus syahwatnya saja tidak mampu.

Ia tidak akan menyerang lelaki sebagai bajingan, tapi juga tidak menganggap lelaki sebagai pahlawan. 

Sebut ia Mawar, yang kelopaknya mulai mekar dan durinya menancap pada siapa yang mengancam.

                                                     ***








Komentar

  1. Budaya patriarki yang selalu menyebalkan, huh..hah..

    BalasHapus
  2. pada akhirnya, banyak korban yg memilih utk diam ya, krn bnyk pertimbangan spt: keluarga yg tdk memberi dukungan/empati dan pelaku yg kebal hukum.

    simpati saya utk mereka yg jadi korban..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Grace Kelly dan Kisah Dongengnya

Njelimet

Pencarian Kartini